tag:blogger.com,1999:blog-41937234821762838292024-02-20T01:03:27.573-08:00Sejarah Musik SKAAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/09062823160392309146noreply@blogger.comBlogger1125tag:blogger.com,1999:blog-4193723482176283829.post-50117051666355544122013-02-12T03:57:00.003-08:002013-02-12T03:57:58.651-08:00<br />
<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; margin-bottom: 12px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">
<div style="text-align: center;">
<b>Sejarah Musik SKA</b></div>
</div>
<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; margin-bottom: 12px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">
<img src="http://t1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTcIBMbbNL1bHT-Hml_Z6nGjrrHsrnzdw4HfThAxge-wyBePkZt" /></div>
<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; margin-bottom: 12px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">
Perang Dunia II yang mengubah segalanya. Kekuasaan Inggris terhadap negara-negara<br />
jajahannya runtuh sebelum masa PD II & terpecah belah pada saat pertengahan masa peperangan.<br />
Inggris memeberikan kemerdekaan kepada negara-negara jajahannya setelah mendapat tekanan<br />
dari pemerintahan kolonial. Pada tahun 1962 Jamaika membentuk pemerintahan sendiri<br />
meskipun masih tetap sebagai negara persemakmuran. Budaya Jamaika & musiknya mulai<br />
terefleksi dalam optimisme baru & aspirasi rakyat yang liberal.</div>
<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; margin-bottom: 12px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">
Sejak tahun 40′an Jamaika telah mengadopsi & mengadaptasi berbagai bentuk musik dari Amerika.<br />
Pada saat PD II berakhir, begitu banyak band-band di Jamaika yang memainkan musik-musik dansa.<br />
Grup seperti Eric Dean Orchestra dengan trombonisnya Don Drummond & master gitarisnya<br />
Ernest Ranglin terpengaruh oleh musisi-musisi jazz Amerika seperti Count Bassie, Erskine<br />
Hawkins, Duke Ellington, Glenn Miller & Woody Herman. Ditahun 50′an ketenaran band-band<br />
jazz di Amerika digantikan oleh grup-grup yang kecil & cenderung lebih memainkan<br />
irama bop/rhythm & blues sound. Musisi Jamaika yang sering berkunjung ke Amerika<br />
terpengaruh & membawa pola permainan musik tersebut ke daerah asalnya. Band-band lokal<br />
di Jamaika seperti Count Smith The Blues Blaster, Sir Nick The Champ & Tom The Great<br />
Sebastian mulai memainkan gaya baru tersebut.<br />
Ditahun 1954, pertunjukan terbesar pertama kali diadakan di kota Kingston tepatnya<br />
di Ward Theatre. Band-band tradisional yang memainkan irama mento-folk-calypso ikut ambil<br />
bagian & sering sekali band-band tersebut mengisi acara di hotel-hotel yang ada di Jamaika<br />
& seputar pulau tersebut. Pada akhir tahun 50′an pengaruh-pengaruh jazz, R&B, & mento<br />
(sejenis musik calypso) melebur menjadi satu bentuk baru yang dinamakan ‘shuffled’.<br />
Irama shuffled memperoleh popularitas berkat kerja keras musisi-musisi seperti Neville<br />
Esson, Owen Grey, The Overtakers & The Matador Allstars. Banyak studio & perusahaan rekaman<br />
yang mengalami perkembangan & terus berusaha untuk mencari talenta-talenta baru.<br />
The Jamaican Broadcasting Corporation pun ikut membangkitkan semangat kepada musisi-musisi<br />
muda melalui siaran acara-acara di radio.</div>
<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; margin-bottom: 12px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">
Dua orang yang amat berpengaruh dalam perkembangan musik di Jamaika pada tahun 50′an adalah<br />
Duke Reid & Clement Seymour Dodd. Bersama istrinya, Duke Reid memiliki toko ‘Treasure Island<br />
Liquor’ yang berlokasi di jalan Bond (Bond street). Soundsystem Reid dikenal dengan nama<br />
‘The Trojan’, diambil dari tulisan yang tertera pada truknya. Truk yang biasa digunakan<br />
sebagai angkutan barang untuk tokonya. Dodd menamakan soundsystem miliknya ‘Sir Coxsone<br />
Downbeat’ yang diambil dari nama pemain kriket asal Yorkshire, Coxsone. Sepanjang akhir<br />
dekade, kedua orang tersebut memimpin persaingan dalam bisnis musik.<br />
Walaupun Coxsone lebih dekat dengan ‘Ghetto’(perkampungan yang didiami kaum atau kelompok<br />
tertentu) Adalah Reid yang dianugerahi sebagai ‘King of sound & blues’ di Success Club<br />
(acara penganugerahan) di tahun 1956, 1957, 1958.</div>
<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; margin-bottom: 12px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">
Tahun 1962, saat di mana Jamaika sedang gandrung meniru musik-musik Amerika, Cecil Bustamente<br />
Campbell yang kemudian dikenal dengan nama ‘Prince Buster’, tahu bahwa sesuatu yang baru<br />
amat dibutuhkan pada saat itu. Ia memiliki seorang gitaris yang bernama Jah Jerry yang<br />
kemudian bereksperimen di musik dengan menitikberatkan ‘ketukan ‘afterbeat’ ketimbang<br />
‘downbeat’. Hingga pada saat ini ketukan afterbeat menjadi esensi dari singkop (penukaran<br />
irama) khas Jamaika. Ska pun lahir. Soundsystem/studio rekaman pun mulai merekam hasi kerja<br />
mereka. Dengan tidak memberikan label pada vinyl (piringan hitam) dengan tujuan agar<br />
memperolehkeuntungan diantara para pesaingnya. Sehingga yang lain tidak dapat melihat<br />
apa yang dimainkan & ‘mencuri’ untuk sondsystem mereka sendiri.</div>
<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; margin-bottom: 12px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">
Perang antar soundsystem pun memuncak hingga pada saat para donatur terancam oleh segerombol<br />
orang-orang yang menyebabkan permasalahan. Orang-orang ini dinamakan ‘Dance Hall Crashers’.<br />
Meskipun fasilitas Mono Recording yang masih primitif, adalah keteguhan hati dari antusiasnya<br />
akan musik ska yang memungkinkan untuk menjadi musik komersil dari Jamaika yang pertama kali.<br />
Dan kenyataannya ska dikenal sebagai musik dansa rakyat Jamaika.</div>
<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; margin-bottom: 12px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">
Sepanjang tahun 60′an wilayah ghetto di Jamaika dipenuhi oleh pemuda-pemuda yang mencari<br />
pekerjaan. Pada waktu itu amat susah di dapat. Pada awalnya pemuda-pemuda ini tidak tertarik<br />
dengan optimisme musik ska. Pemuda-pemuda tersebut menciptakan identitas kelompok sebagai<br />
‘Rude Boy’ (sebuah trend dikalangan pemuda yang pernah terjadi pada periode awal tahun 40′an)<br />
Menjadi ‘Rude’ artinya menjadi seseorang dimana masyarakat menganggapnya tidak berguna.<br />
Gaya dansa ska para Rude Boy memiliki ciri khas tersendiri, lebih pelan, dengan tingkah<br />
seakan-akan meninju seseorang. Rude Boy memiliki koneksitas dengan ‘Scofflaws’(orang-orang<br />
yang selalu menentang hukum) & dunia kriminal lainnya. Hal ini terefleksikan dalam lirik-lirik<br />
lagu ska. (catatan: gaya penampilan berpakaian Rude Boy yaitu dengan celana panjang yang<br />
mengatung hanya semata kaki). Musik ska sekali lagi mengalami perubahan untuk merefleksikan<br />
‘Mood of the rude’ dengan menambahkan tensi pada permainan bass yang disesuaikan dengan<br />
gaya sebelumnya yaitu ‘free-walking bass style’.</div>
<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; margin-bottom: 12px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">
Banyak yang berbondong-bondong mengadu nasib di kota Kingston untuk memperoleh ketenaran<br />
dalam industri musik yang kemudian beralih menjadi penjual ganja ketika gagal & modal<br />
makin menipis. Banyak pula yang berkecimpung dalam dunia kriminal (tergambar dalam film<br />
‘The Harder They Come’ yang diperankan oleh Jimmy Cliff …film ini dipercaya mengisahkan<br />
tentang perjalanan hidup Jimmy Cliff)</div>
<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; margin-bottom: 12px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">
Dua partai politik yang ada di Jamaika membentuk banser bersenjata. Opini publik pun<br />
mengarah pada penentangan terhadap kelompok Rude Boy & penggunaan senjata api. Peraturan<br />
pemilikan senjata api pun ditilik kembali setelah melalui periode dimana kepemilikan<br />
senjata diperbolehkan asal tidak menimbulkan keresahan di masyarakat. Siapa pun yang<br />
memiliki senjata api yang ilegal, diancam hukuman penjara seumur hidup</div>
<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; margin-bottom: 12px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">
Artis & produser mendukung bahkan ‘memaafkan’ atas prilaku kelompok Rude Boy melalui<br />
musik ska. Dukungan untuk tidak menggunakan senjata api terefleksi dalam lagu-lagu seperti<br />
“Lawless street” dari kelompok Soul Brothers, “Gunmen coming to town” The Heptones.<br />
Duke Reid memproduseri salah satu grup ska The Rude Boy (shuffling down Bond street)<br />
C.S. Dodd pun ikut memproduseri grup muda yang memiliki visi musik mereka sebagai<br />
‘rudies’ yaitu kelompok The Wailers ( Bob Marley, Peter Tosh, Bunny Wailer).<br />
Prince Buster menemukan seseorang yang memiliki mitos karakter sebagai Rude Boy yaitu<br />
Judge Dread. Lagu “007 Shanty Town” yang dinyanyikan oleh Desmond Dekker adalah sebuah<br />
karya cemerlang dalam mendokumentasikan perilaku Rude Boy kedalam sebuah lagu (berhasil<br />
memasuki urutan tangga lagu ke 14 di UK Charts)</div>
<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; margin-bottom: 12px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">
Tema rude boy masih mendominasi sepanjang periode ska, dan popularitasnya memuncak sepanjang<br />
musim panas tahun 1964. Beat ska menjadi lebih lambat & <a href="http://www.geocities.com/theartificials/sejarah_rocksteady.htm" style="color: #006891; text-decoration: none;">Rocksteady</a> pun lahir. Gelombang<br />
ska pertama berakhir pada tahun 1968 (Rocksteady adalah bagian cerita lain: Rocksteady<br />
kemudian melahirkan musik Reggae. Popularitas musik Reggae di Inggris di sebarkan oleh<br />
Skinhead; kelompok Rastafarian mengadopsi musik Reggae & lirik-lirik lagunya cenderung<br />
bertemakan ajaran Rastafari & pandangan Relijiusnya, Reggae pun berkembang menjadi ‘Dub’,<br />
‘Dancehall’, & seterusnya …& seterusnya …)</div>
<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; margin-bottom: 12px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">
Memasuki gelombang kedua …sebelumnya marilah kita lihat beberapa sejarah ska lainnya:<br />
ditahun 1962, saat di mana Inggris menjanjikan jaminan secara tak terbatas kepada para<br />
imigran yang berasal dari negara-negara persemakmurannya, kerusuhan ras pun terjadi.<br />
Disaat itu musik ska & Reggae sedang populer. Dibawa dari Jamaika oleh banyak musisi &<br />
produser yang ikut berimigrasi, termasuk ‘The Trojan’ & seorang kelahiran Kuba, Laurel<br />
Aitken. Pada tahun 70′an, imej Rude Boy diperbaharui & ter-ekspresi dalam penggabungan<br />
2 jenis musik yang masih tergolong baru di Inggris yaitu Reggae & Punk oleh band<br />
The Clash (Rudie can’t fail). Antara pertengahan hingga akhir tahun 70′an, band seperti<br />
The Coventry Automatics memilih untuk memainkan ska ketimbang Reggae karena menurut<br />
Jerry Dammers (pendiri band tersebut), memainkan musik ska lebih mudah & gampang.<br />
The Coventry Automatics merubah namanya menjadi The Specials AKA The Automatics,<br />
kemudian berubah lagi menjadi The Specials.</div>
<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; margin-bottom: 12px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">
Selanjutnya pada tahun 1979 Jerry Dammers mendirikan 2Tone Records. Keinginan Dammers<br />
layaknya seperti Prince Buster di awal tahun 60′an yaitu menciptakan sesuatu yang baru.<br />
Hitam & putih menjadi simbol. Lahirlah yang dinamakan dengan 2Tone ska. Logo 2Tone yaitu<br />
gambar kartun pria berpakaian jas hitam dengan kemeja putih, dasi hitam, topi ‘pork pie’,<br />
kaca mata hitam, kaus kaki putih & sepatu ‘loafers’ hitam menjadi logo resmi yang<br />
karakternya di beri nama ‘Walt Jabsco’ (diambil dari nama Walt Disney, pendiri film kartun<br />
& Jabsco berarti ganja dalam bahasa slang latin). Diciptakan oleh Dammers sendiri<br />
berdasarkan pose Peter Tosh pada sebuah photo awal kelompok The Wailers yang dapat<br />
di lihat pada cover album ‘The Wailing Wailer Studio One Realease’.</div>
<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; margin-bottom: 12px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">
Pada saat kerusuhan ras sedang terjadi, & organisasi rasis ‘National Front’ sedang tumbuh<br />
pesat, pakaian hitam putih & band yang anggota nya terdiri dari multi ras, mengetengahkan<br />
lagu-lagu yang bertemakan ‘unity’ disaat negara tersebut sedang terpecah belah oleh isu<br />
rasial. Sama halnya dengan musik ska di Jamaika, situasi yang terjadi pada saat itu<br />
terefleksi kedalam lirik lagu, seperti “Racist Friend” The Specials AKA. Band-band seperti<br />
Madness, The Beat, The Selecter, The Bodysnatchers & The Specials membuat ska menjadi<br />
sesuatu yang segar dengan mengolah nomor-nomor ska klasik dari Prince Buster (Roughrider,<br />
Madness, Too hot, dll.) & artis-artis gelombang pertamanya.Band lain yang tidak termasuk<br />
2Tone tetapi berasosiasi dengan gerakan 2Tone adalah Bad Manners. Ada juga persilangan<br />
dengan artis gelombang pertama dengan band 2Tone (Rico Rodriguez adalah pemain trombone<br />
yang menjadi additional player pada kelompok The Specials, anak murid dari pemain trombone<br />
ternama Don Drummond & sering dipakai sebagai musisi studio do Jamaika)</div>
<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; margin-bottom: 12px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">
Pada akhirnya Chrysalis Records membeli 2Tone dari Dammers dengan keputusan menandatangani<br />
perjanjian kontrak dengan band-band 2Tone lainnya. Termasuk antara lain: The Specials,<br />
The Selecter, Madness, Rico Rodriguez, The Swinging Cats, The Friday Club, The Bodysnatchers,<br />
The Hisons, JB Allstars, Specials AKA, The Apollonairs, The Beat (di Amerika di kenal<br />
dengan nama ‘The English Beat’ karena sudah ada band yang memakai nama The Beat) & sebuah<br />
single dari Elvis Costello. (catatan: single Elvis Costello tersebut berjudul “I can’t<br />
stand up for falling down” menjadi permasalahan & tidak pernah di jual. Copy lagu tersebut<br />
diberikan secara gratis kepada penggemar Costello pada saat pertunjukannya. Costello<br />
memproduseri debut album The Specials & menjadi guest singer sekaligus produser untuk<br />
single The specials AKA yang berjudul Nelson Mandela 12″.</div>
<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; margin-bottom: 12px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">
Tahun 1985 2Tone label bubar. Dammers mengalami kebangkrutan terhadap perusahaan Chrysalis.<br />
Band-band 2Tone mengalami masa popularitasnya dari tahun1978-1985 walau bagaimanapun bukan<br />
hanya 2Tone yang memainkan musik ska. Diantara band-band lainnya adalah The Tigers,<br />
Ska City Rockers, The Akrylykz (dengan Roland Gift pada tenor sax, yang kemudian bergabung<br />
bersama mantan anggota The English Beat Cox, & Steele yang belakangan menjadi penyanyi<br />
di Fine Young Cannibals), The Employees, The Piranhas, dan masih banyak lagi …</div>
<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; margin-bottom: 12px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">
Hal tersebut menutup gelombang kedua musik ska …pada gelombang ketiga: dengan berakhirnya<br />
2Tone & gelombang kedua, musik ska menjadi sempit namun tidak menjadi musik yang usang.<br />
Adalah The Toasters (pernah merilis single dibawah nama ‘Not Bob Marley’), Bim Skala Bim,<br />
The Untouchables & Fishbone yang menjadikan tradisi dalam mencampur beat ska dengan unsur<br />
unsur musik lainnya seperti pop, rock dan beat-beat lainnya.</div>
<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; margin-bottom: 12px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">
Keberadaan gelombang ketiga musik ska terdiri dari berbagai bentuk dengan mengkombinasikan<br />
hampir setiap jenis musik yang kira-kira dapat dikawinkan dengan irama ska. Band-band seperti<br />
Jump With Joey, Hepcat, Yebo, NY Ska Jazz Ensemble & Stubborn Allstars tetap bermain pada<br />
akar ska Jamaika. Operation Ivy, Voodoo Glow Skulls, Mighty Mighty Bosstones, dll. menggunakan<br />
energi punk untuk menciptakan ska-core. Regatta 69, Fillibuster, Urban Blight, dll. tetap<br />
bertahan pada corak Reggae/Rocksteady beat. Punch The Clown, Undercover S.K.A., dll. mencirikan<br />
pengaruh dari gaya 2Tone. Yang menarik adalah band asal Florida, Pork Pie Tribes menggabungkan<br />
beat ska dengan musik tradisional Irlandia. Hal lain yang lebih menarik adalah grup band<br />
The Brownies yang mencampurkan ska dengan apa saja !!</div>
<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px; margin-bottom: 12px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px;">
Imej Rude Boy/Rude Girl hadir kembali pada gelombang ketiga, namun kali ini tidak sebagai<br />
pemberontak. Tetapi sebagai suporter yang fanatik dengan musik ska. Digelombang ketiga ini<br />
juga terdapat hal-hal yang tidak pernah ada pada awal gelombang pertama (beberapa diantaranya<br />
ada yang tidak pernah di mengerti) seperti ‘Straight Edge’ dengan logo ‘X’ ditangan, boneheads,<br />
OI/SKA, Skinhead Against Racial Prejudiced (SHARP’s) juga konsep-konsep ‘sell outs’.<br />
Ada beberapa aspek diantaranya yang belum berubah: ska masih menjadi musik kalangan remaja,<br />
setiap pertunjukan ska dapat disaksikan oleh segala umur & tidak terlalu mahal untuk<br />
mengakomodasikannya. Disamping itu juga ska masih membentuk beat yang unik & harmonis walaupun<br />
digabungkan dengan unsur-unsur musik lainnya. & orang-orang pun masih banyak yang menikmatinya.</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/09062823160392309146noreply@blogger.com0